Senin, 27 Maret 2017


Laras Slendro dan Pelog
Laras Slendro dan Pelog

   Notasi Barat (Diatonis) mempunyai jarak 1 dan ½.

   Nada yang dihasilkan antara musik Diatonis dan Pentatonik jika diukur dengan Stroboccon dan melograph tidak sama tinggi nadanya, sebagai contoh walaupun sama-sama terdengar do, nada-nada yang dihasilkan dari instrumen gamelan mempunyai perbedaan antara satu perangkat gamelan yang satu dengan perangkat gamelan yang lainnya tergantung dari pembuatannya tetapi jika nada-nada pada instrumen gamelan dimainkan nada yang terdengar pada laras :
Pelog seperti : do, mi, fa, sol, si, do.
Degung seperti : mi, fa, sol, si, do, mi
Slendro seperti : re, mi, sol, la, do, re

Hasil penelitian dari R. Machjar Angga Koesoemadinata dengan Musicoloog Jaap Kunst selama 50 tahun (1916-1966) tentang tinggi nada laras pentatonik.
  Raras Pelog ialah : do 200 re 200 mi 100 fa 200 sol 200 la 200 si 100 do' Murdararasnya atau raras-pokoknya ialah : do 400 mi 100 fa 200 sol 400 si 100 do', sedang raras re dan raras la hanyalah bertugas sebagai raras-perhiasan saja. Jadi raras Pelog itu ialah modus mayor tanpa re dan la.
  Raras Degung ialah : mi 100 fa 200 sol 400 si 100 do'400 mi', sedang raras re dan apa lagi raras la dijadikan raras-perhiasan (uparenggararas). Jadi raras degung itu ialah modus Doris dari musik Yunani tanpa raras re dan raras la.
Musik tradisi banyak mengalami evolusi, sebagai contoh fungsi angklung, dahulu berfungsi sebagai ritual penanaman padi dalam acara mengarak padi dari sawah, namun saat ini disajikan sebagai bentuk seni pertunjukan. Musik gamelan pun dahulu hanya dimainkan dalam keraton sebagai sahnya upacara, namun kini telah bergeser fungsi sebagai kesenian hiburan dan kesenian pendidikan.
 
source: http://seputarduniamusic.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-nada-pada-pembentukan-musik.html

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget